Selama lebih dari satu dekade, China dikenal sebagai pusat manufaktur vape dunia. Kota seperti Shenzhen menjadi rumah bagi merek-merek besar seperti Geek Bar, Elf Bar, dan Oxva - yang mendominasi pasar global dengan produk inovatif dan kapasitas produksi besar.
Namun kini, lanskap industri vape sedang berubah cepat. Seiring meningkatnya regulasi internasional, risiko impor dari China, dan ketergantungan pada satu negara produksi, semakin banyak merek global yang mulai beralih dari China menuju alternatif yang lebih aman, legal, dan efisien — termasuk Indonesia.
1. Ketergantungan pada China Mulai Menjadi Risiko
China masih memimpin dalam volume produksi, tetapi bagi banyak distributor dan brand internasional, ketergantungan pada satu sumber kini dianggap berisiko.
Beberapa tantangan utama yang dihadapi perusahaan yang masih bergantung pada manufaktur China antara lain:
- Peningkatan pengawasan ekspor dan bea cukai oleh otoritas China.
- Penyitaan produk oleh U.S. Customs karena pelanggaran dokumen atau regulasi.
- Ketidakpastian geopolitik dan potensi tarif impor tambahan dari negara tujuan.
- Isu kepatuhan dan transparansi yang sering kali menghambat kelancaran rantai pasok.
Akibatnya, merek yang sebelumnya bergantung sepenuhnya pada pabrik China kini mulai mencari solusi baru yang lebih stabil dan legal secara global.
2. Kepatuhan Menjadi Faktor Penentu Persaingan
Pasar Amerika Serikat dan Eropa kini memberlakukan pengawasan ketat terhadap produk vape, terutama terkait asal negara, keamanan material, dan sertifikasi.
Merek yang tidak memiliki COO (Certificate of Origin) resmi atau sertifikasi ISO berisiko tinggi mengalami penahanan produk di pelabuhan.
Dalam situasi seperti ini, kepatuhan bukan lagi pilihan - melainkan strategi bisnis utama.
Merek yang memastikan rantai pasoknya jelas, bersertifikat, dan dapat dilacak akan lebih mudah diterima oleh distributor dan otoritas di negara tujuan.
3. Indonesia Muncul Sebagai Pusat Manufaktur Baru
Indonesia kini menjadi salah satu alternatif paling menjanjikan untuk manufaktur vape global.
Negara ini menawarkan kombinasi biaya produksi efisien, tenaga kerja terampil, dan regulasi yang jelas untuk industri vape.
Contohnya, PT Smart Vape Factory di Batam merupakan pabrik OEM/ODM yang sepenuhnya berizin dan memiliki standar ISO.
Beberapa keunggulan manufaktur di Indonesia meliputi:
- COO resmi Indonesia, yang memudahkan proses bea cukai dan impor.
- Proses produksi fleksibel dan transparan sesuai kebutuhan brand.
- Kualitas produk setara dengan pabrik China, namun dengan risiko hukum yang jauh lebih rendah.
- Kedekatan geografis dengan pasar Asia dan akses mudah ke Amerika Serikat.
4. Diversifikasi Produksi = Stabilitas Bisnis
Perusahaan besar kini memahami bahwa diversifikasi produksi adalah kunci keberlanjutan bisnis.
Dengan memiliki basis produksi di lebih dari satu negara, brand dapat:
- Mengurangi risiko keterlambatan pengiriman atau penyitaan.
- Menyesuaikan produksi dengan cepat terhadap perubahan regulasi.
- Menjamin ketersediaan stok tanpa tergantung pada satu wilayah.
Indonesia menawarkan fleksibilitas tersebut - menjadi jembatan antara efisiensi Asia dan kepatuhan standar global.
5. Masa Depan: Produksi Cerdas, Aman, dan Global
Masa depan industri vape tidak lagi bergantung pada satu negara.
Tren baru menunjukkan perpaduan strategi:
- Manufaktur hardware di fasilitas bersertifikat di luar China.
- Produksi e-liquid di laboratorium berizin di Amerika Serikat.
- Perakitan akhir (assembly) di negara yang secara hukum aman dan transparan.
Model ini memungkinkan brand untuk berinovasi tanpa risiko hukum, sekaligus menjaga kualitas produk tetap premium.
Kesimpulan
China akan selalu menjadi bagian penting dalam sejarah vape modern. Namun, masa depan industri ini akan ditentukan oleh merek yang berani beradaptasi, berinovasi, dan membangun rantai pasok yang aman dan legal.
Dengan hadirnya Smart Vape Factory di Indonesia, produsen kini memiliki pilihan nyata - kualitas global tanpa risiko global



